The Black Magician Trilogy 1: The Magician’s Guild (Persekutuan Penyihir)

magicians_guildoleh Trudi Canavan
Diterjemahkan oleh Maria M. Lubis
Mizan Pustaka, Bandung, 2008
ISBN 9789794335239
614 halaman

Teman-teman bilang buku ini kurang asyik sebagai cerita fantasi, bahkan penerjemahnya sendiri kurang antusias (walau dia mengatakan buku 2-nya akan lebih asyik). Tetapi aku kan orangnya suka penasaran, daripada nanti habis mati terus gentayangan, maka seri ini aku beli. Kalau ternyata kurang bagus, tidak dilanjutkan membacanya. Ternyata, eh, ternyata, belum lagi buku ini dibaca, buku 2-nya keluar, dan dengan suksesnya menjadi hadiah ulang tahunku hihihi…. Berarti memang ditakdirkan untuk membaca serial ini. Trilogi tentang penyihir ya. Hmm… sesudah Trilogi Bartimaeus, rasanya akan sulit menemukan serial yang bisa menyamai kedahsyatan plot dan ending-nya.

Sonea sekarang adalah seorang gadis muda penduduk Lingkaran Luar di kota Imardin, ibukota Kyralia. Di kota ini, terdapat kesenjangan jelas antara rakyat jelata dan kaum kaya yang tinggal di Wisma di Lingkaran Dalam. Orang-orang kaya ini ingin jalanan di Lingkaran Dalam dihuni hanya oleh mereka, tanpa perlu melihat gerombolan miskin, pengemis, gelandangan, dan pencuri. Keinginan mereka ini didukung oleh Raja, dan karena ricuhnya jalanan akibat kehendak Raja ini, Raja meminta bantuan Persekutuan Penyihir, yang hanya tunduk kepada perintah Raja. Pengusiran rakyat jelata ini disebut Pembersihan Kota.

Seperti biasanya pada daerah yang terepresi, rakyat jelata ini memberontak dengan melakukan serangan-serangan kecil a la gerilyawan. Kelompok Harrin dan Cery adalah salah satunya. Sonea mengenal mereka waktu dirinya masih lebih kecil dan masih suka berbuat onar. Keahlian membuka kunci dan mencuri diperolehnya dari Cery, yang oleh teman-temannya selalu dianggap sebagai teman Kaum Pencuri, gerombolan bawah tanah yang berkuasa di Lingkaran Luar.

Suatu hari, Sonea, yang sudah melepaskan diri dari kegiatan subversif dan memilih membantu paman dan bibinya berdagang, terpaksa meninggalkan rumah mereka atas perintah Raja. Terjebak dalam aksi perlawanan kelompok Harrin dan Cery terhadap kaum Penyihir, membuat kemarahan Sonea karena kehilangan tempat tinggal dan pekerjaan membuatnya melemparkan batu dengan sekuat tenaga ke arah kelompok penyihir yang berdiri dengan aman di balik perisai sihir transparan yang melindungi mereka. Tidak terduga, batu itu mampu menembus perisai dan melukai salah satu penyihir, yaitu Lord Fergun. Lord Rothen, salah satu penyihir senior menatap Sonea dan mengerti bahwa yang dilakukan Sonea adalah sihir, walaupun jelas Sonea sendiri tidak menyadarinya. Sebelum sempat dicegah oleh para penyihir, Sonea sudah melarikan diri, disembunyikan oleh teman-temannya.

Keberadaan seorang penyihir di kalangan rakyat jelata dianggap mustahil, karena sebagian beranggapan bahwa pada seseorang yang diduga berbakat sihir, kekuatan sihir harus dilepaskan oleh penyihir senior (kok kayak tenaga dalam aja yah), walaupun ada preseden sebelumnya bahwa ada beberapa siswa (yang tentu saja semuanya berasal dari Wisma-wisma orang kaya) yang mempunyai bakat alami dan sudah mampu mengeluarkan sihir sebelum diajarkan. Bagi mereka diajarkan Pengendalian, agar tidak membahayakan diri mereka sendiri dan orang lain. Sebagian penyihir yakin bahwa Sonea memang berbakat alami, walau mereka tidak bisa menerima bahwa seorang miskin bisa menjadi penyihir. Sebagian lagi beranggapan bahwa Sonea diajari oleh seorang penyihir yang berkhianat dan tinggal di pemukiman kumuh. Semua tidak akan bisa terjawab sampai Sonea ditemukan. Bahkan kalau Sonea ditemukan sekali pun, ada masalah apakah sesudah dia diajari Pengendalian, dia akan diajari ilmu sihir dan tinggal dengan Persekutuan Penyihir? Perbedaan derajat membuat mereka tidak sanggup membayangkan adanya orang miskin di tengah mereka. Kemudian, siapa yang membimbingnya? Apakah Lord Rothen atau Lord Fergun? Penyihir yang pertama mengetahui kemampuan sihir seseorang berhak mengklaim proses pembimbingan. Sesudah itu, apakah sesudah susah-susah ditangkap, kemampuan sihir Sonea harus dibekukan, kemudian Sonea dikembalikan ke tempat kumuh?

Pimpinan pencarian diserahkan pada Lord Rothen, yang sabar dan bijaksana, dibantu oleh Lord Dannyl, bekas muridnya yang masih bujangan dan lebih emosional. Usaha pencarian yang sulit, karena kaum penyihir dibenci oleh orang-orang Lingkaran Luar, sehingga mereka harus menyamar. Lord Dannyl bahkan meminta bantuan Kaum Pencuri, yang tidak takut pada siapa pun, dan bersifat netral, selama kekuasaan mereka atas dunia bawah tanah tidak diganggu-gugat.

Proses kejar-kejaran Sonea dan para penyihir ini menyita banyak halaman, sampai lebih dari separo buku. Agak berkepanjangan memang. Untungnya membacanya tidak secapek membaca Eragon yang berpiknik kesana kemari ke seluruh penjuru negeri tanpa maksud yang jelas, kecuali memperpanjang cerita sekaligus memperpanjang waktu belajar main pedang. Sisa buku bercerita tentang segala hal yang dipertanyakan di dua paragraf sebelum ini. Di sini akan kelihatan siapa yang berhati hitam, siapa yang berhati putih di kalangan Persekutuan Penyihir. Aku bahkan jadi suka pada salah satu penyihir ini, siapakah dia? Hihihi…

Apakah ada campur tangan Kaum Pencuri serta gerombolan Harrin dan Cery di separo akhir buku? Tidak banyak, namun kiprah Cery cukup banyak, walau sebagian besar waktunya dihabiskannya mendekam terkunci di bawah tanah. Aku curiga di buku selanjutnya, Cery ini sebenarnya more than meets the eye. Kita lihat saja nanti. Buku 1 ini diakhiri dengan sebuah pertanyaan tidak terjawab tentang Sang Ketua Tertinggi, Akkarin, yang mempunyai kemampuan jauh lebih tinggi dari penyihir yang lain.

Trudi Canavan mengatakan bahwa dia mendapat ide awal cerita ini dari mimpi, yang dia tuliskan pagi-pagi ketika bangun. Tadinya dia menganggap ini lucu, tetapi kemudian ternyata itu menjadi awal dari sebuah trilogi.

Secara keseluruhan, menurutku ini serial yang layak baca. Aku beri 4 bintang dari 5 untuk buku ini.

Satu hal yang agak mengganggu, penerjemahannya cukup enak dibaca, cuma kadang terdapat ketidakkonsistenan istilah di sepanjang buku. Di bagian akhir juga ada Daftar Istilah, yang sebagian besar tidak ada di dalam buku. Entah istilah itu diterjemahkan di dalam bukunya, atau memang daftar istilah itu dimaksudkan untuk buku selanjutnya juga. Emm… gak mungkin, ya? Juga banyak kesalahan seperti penyebutan “Dannyl”, padahal harusnya “Fergun”, atau penyebutan “segiempat” untuk gambar di peta, padahal di peta bentuknya “bulat”, dan beberapa contoh lain yang mirip-mirip seperti itu. Entah penulisnya yang alpa, atau editornya yang tidak jeli.

14 thoughts on “The Black Magician Trilogy 1: The Magician’s Guild (Persekutuan Penyihir)

  1. yiaahahaha…. beneran posting lagi, huehehehe

    *huhu, aku gak suka buku ini tapinya, mamah, hehehe, gak tau deh, ngantuk banget bacanya*

  2. dan di buku dua, gaya cerita yang berkepanjangan itu masih berulang, bahkan menurutku tambah parah, karena di buku dua itu bukan berkepanjangan, tapi ada satu bagian yang ntah kenapa sih harus dideskripsikan secara detail berulang kali, bikin capek hehehehe

  3. tapi mungkin karena buku ini sudah dicela habis olehku, mamah marie, dan si bludrag, jadi waktu baca dirimu sudah set ekspektasi yang rendah, mamah, jadi menikmati.

    Aku sih salah karena berharap banyak hi hi hi hi hi

  4. mahmin, di daftar istilah itu ada istilah buat di buku kedua dan ketiga (sepertinya si penulis males memilah-milahnya hihihiii)

    aku sebal sama si sonea sih, jadi kurang teliti hahahahaaa
    *mencari kambing hitam*

  5. aku bacanya ga begitu semangat sampai di tengah..kayaknya baru mulai seru semenjak pertengahan gitu.. dan setuju, appendiks tambahan di belakang itu sungguh suatu tambahan yang janggal dan mengganjal..

  6. emangsih buku itu bgus bgt….mksudQ yg The Novice bkn yg pertama…..

    awalx q n luluk(tmnq)mw bli yg pertama…..untungx 9 jd, cs stelah kita lihat sinopsisx, i2 kurang seru

Leave a reply to aliefte Cancel reply