World eBook Fair

Menyela review buku untuk pengumuman yang berkaitan dengan ebooks.

World eBook Fair adalah hasil kerjasama Project Gutenberg, World eBook Library, DPP Store, Baen Books, QOOP, dan Ask.com, yang menyediakan 1/3 juta eBook gratis untuk didownload untuk kepentingan pribadi mulai 4 Juli sampe 4 Agustus 2006, dalam rangka memperingati ultah Project Gutenberg yang ke-35. Ada yang tersedia dalam format .txt, ada yang dalam .pdf, ada audiobook, ada .lit, ada .html, dan juga ada emovies, yang tersedia dalam >100 bahasa. Ada fiksi klasik & fiksi kontemporer berbagai genre dari berbagai negara, filsafat, budaya, data survey/sensus (untuk apaan sih ini hehehe), religion, politik, children’s lit, CIA-related, ekonomi, sci & tech, sejarah, education, movies, transportasi, dan banyak lagi.

Project Gutenberg didirikan oleh Michael Hart pada tahun 1971 dan merupakan sebuah situs pembuat dan penyedia ebooks yang sudah lewat copyright-nya: mereka mencari, memilih dan memastikan suatu buku sudah lewat masa hak cipta, kemudian men-scan buku tersebut, dan memajangnya di internet untuk di-proof oleh para volunteer Project Gutenberg. Project Gutenberg menyediakan 18.000 ebooks gratis dalam format .txt dan .pdf.

World eBook Library, yang didirikan tahun 1996, menyediakan >300.000 ebooks dalam format .pdf. Untuk mendapat akses komplit, kita diminta membayar biaya langganan 8,95 dollar setahun. Murah, kan? Untuk akses gratis, disediakan 75000 lebih ebooks dalam format .html.

DPP Store adalah toko ebooks “dengan harga terjangkau”, tetapi juga menyediakan free ebooks (diambil dari Project Gutenberg).

Baen Books, didirikan oleh Jim Baen (Alm) pada tahun 1984, pada awalnya adalah penerbit untuk buku-buku bergenre sci-fi dan fantasi, dan kemudian juga menyediakan buku dalam versi ebooks, dan merupakan salah satu penerbit yang menentang keras DRM. Mereka juga menyediakan beberapa ebooks gratis, semacam “icip-icip” dari para penulis yang tergabung dalam Baen Books, dan jangan kira hanya 1-2 bab saja, tapi 1 buku lengkap!

Sejak beberapa tahun lalu, aku mulai tergila-gila dengan ebooks, etexts, emags, scanlations, pokoknya segalanya yang berbentuk digital, bukan paper. Bukan berarti aku tidak lagi membeli buku “beneran” yang bisa disentuh: malahan sebaliknya, makin kemaruk hehehe…

Ebooks (dalam artikel ini, ebooks yang dimaksud termasuk juga yang ilegal) memang mempunyai kelebihan dibanding paper-books:

  1. tidak memakan tempat (dalam kehidupan nyata). Kalo memakan harddisk space sih iya, tapi berapa sih maksimal ukuran 1 ebook? Selemari besar buku tidak akan memenuhi 1 harddisk seukuran 40 GB, walau tergantung pada jenis file ebooks-nya.
  2. tidak bakal berdebu, tidak akan menguning/robek/hancur terbakar. Untuk yang terakhir ini, kecuali kalau tempat penyimpanan ebooks-nya rusak. Tapi untungnya ebooks bisa dikopi dan disimpan di banyak tempat: komputer, PDA, e-reader, flashdisk, harddisk eksternal, card, dan kalau Apple jadi mengeluarkan iPOD yang bisa baca ebooks, di iPOD juga.
  3. mudah dicari. Tinggal di-search aja judulnya, bisa langsung dapet. Kalau dibanding perpustakaan (pbooks) di rumahku yang bisa dibilang berantakan karena hanya dikelompokkan menjadi fiksi dan nonfiksi, bahasa Indonesia dan non-bahasa Indonesia, rada sulit juga mencari judul terntentu :D.
  4. kalo temen pengen baca juga, tinggal dikopikan (oke, ini ilegal kalo masih dalam copyright). Termasuk untuk teman yang lokasinya terpisahkan lautan, tinggal dikirimkan saja via email atau pake software P2P. Tidak akan ada lagi kemungkinan adanya rasa sebal pada teman karena teman merusak atau menghilangkan pbooks kesayangan kita. Juga meningkatkan kemungkinan “trading”. Kalo pbooks kan suka sayang kalo ditukar dengan sesuatu yang tidak senilai.
  5. ada ribuan ebooks gratis di internet yang bisa didownload. Kalau yang ilegal dihitung, bisa berjuta-juta jumlahnya. Sampai mati pun tidak akan selesai membacanya.
  6. kalo belum masuk atau dilarang edar di Indonesia, atau kalo buku itu sudah tidak dicetak lagi, atau sulit dicari, tinggal request saja di forum-forum ebooks. Tanpa biaya.
  7. bisa men-“cicip”-i dulu sebelum beli. Kalo memang bagus, yang namanya manusia pasti punya hasrat memiliki. Kalo ternyata jelek, kan gak rugi beli.
  8. mudah dibawa ke mana-mana dalam jumlah banyak. Kita kan cenderung membaca beberapa buku sekaligus dalam satu waktu. Kalau bosen buku satu, bisa pindah baca yang lain. Apa? Kalian tidak? Oh, ok, mungkin aku saja yang punya short attention span.
  9. untuk buku yang harganya tidak rasional, apalagi orang Indonesia kan banyak yang tidak mempunyai penghasilan yang sebanding dengan hobi baca bukunya (percayalah, pendapat yang mengatakan bahwa orang Indonesia itu minat bacanya rendah adalah pendapat yang salah), bolehlah mendapatkannya via ebooks πŸ™‚
  10. menghemat hutan. Tidak perlu menebang kayu untuk membuat ebooks.

Tentu ada kerugiannya (yang menurutku begitu remeh-temeh dibanding keuntungannya yang berlimpah-limpah):

  1. tidak seperti pbooks, ebooks memerlukan alat untuk membacanya. Sebuah komputer desktop biasa sudah cukup. Sekarang komputer sudah dimiliki hampir setiap keluarga yang punya anak usia sekolah. Tentu saja membaca ebooks di layar komputer besar itu kurang nyaman. Tetapi, semakin nyaman alatnya untuk membaca dan semakin portable, semakin mahal pula harganya.
  2. mata cepat lelah. Walau kalau dipikir2, membaca pbooks kelamaan mata juga jadi sakit, tapi memang membaca di layar komputer/PDA membuat sakitnya mata karena 2 hal: kedipan monitor dan kelamaan membaca. Tentu kalau e-reader yang katanya pakai teknologi E-Ink yang nyaman di mata sehingga serasa membaca buku “beneran” sudah tersedia secara komersial dan harganya sudah turun -mungkin perlu 10-15 tahun lagi- maka kerugian yang satu ini bisa diabaikan.
  3. ada macam-macam format yang memerlukan berbagai software pembaca ebooks yang berbeda pula. Sebagian besar software sudah dimiliki secara standar di komputer kita (buat yang pake OS Windows), seperti Notepad/Wordpad, MS Word, Adobe Acrobat Reader, browser, WinAmp, tapi beberapa format ebooks memerlukan software khusus, seperti MS Reader, Mobipocket, dan lain-lain. Belum kalo hardware yang dipakai adalah PDA atau e-reader, tambah ruwet lagi, karena masing-masing hanya mampu membaca ebooks/emags berformat tertentu.
  4. ebooks non-klasik harus dibeli, dan harganya mahal. Untuk ebooks yang didapat secara ilegal, well, sudah jelas, kita melanggar hukum. Ini bukan berarti aku kontra dengan ebooks ilegal hehehe… Aku memandang ebooks ilegal sebagai sarana promosi yang tidak disadari oleh para penulis buku. Para pembaca buku tetaplah manusia biasa, yang membutuhkan bau buku baru dan sentuhan kasar kertas untuk menjadi puas. Belum prestise yang dimiliki kalau bisa memamerkan koleksi buku-bukunya yang keren pada para kolega atau teman. Kalau mereka menganggap buku itu bagus sesudah membacanya via ebooks, mereka akan membelinya begitu punya duit. Aku dan beberapa teman juga menganggap situs penyedia ebooks ilegal sebenarnya adalah Robin Hood di bidang perbukuan. Mereka memungkinkan para masyarakat tidak mampu untuk memperoleh bacaan bermutu hehehe…

18 thoughts on “World eBook Fair

  1. wow, asik nih

    Memang tuh, agak ribet baca nya, tapi mungkin pada suatu saat, akan ditemukan alat yang bisa bikin baca e-book jadi enak, seenak baca versi cetak ^.^ (kayak i-pod gitu, tapi khusus buat baca buku, hua ha ha ha ha)

  2. yup, tentu saja, kayaknya pasti mahal.

    Tapi kalau bisa dibawa-bawa dan bisa didownload banyak buku, hm…. jangan-jangan jadi lebih murah dari beli buku cetakan ^.^

    Yah, kita masih menanti teknologi yang memungkinan itu terjadi, hehehehe

    (eh, tempat comment nya jadi beda yah? kerennnn!!!! ) 

    Posted by kobo

  3. hmmm salah satu alesan kenapa aku nggak suka baca e-book, soalnya nggak bisa sambil bobo” an, atau duduk” di taman (kecuali punya laptop), atau sambil nemenin kita di manapun kita lagi nunggu..hehe

  4. oh iya aku juga baca ini waktu googling bulan lalu, tadinya mo dicatet eeeh kok lupa. thanks mina dah diingetin πŸ™‚

    aku pribadi sih lebih suka punya buku yang bisa dipegang dan dielus-elus hahaha…

    tp kalo lagi suntuk trus browsing internet suka end up reading e-book juga, asalkan aku dah punya buku aslinya. ga afdol kalo nulis sinopsis/review kalo ga punya aslinya. ntar naro gambar sampul berasa palsu!! (halaaah re, gitu aja kok dipikirin… hahahaha)

  5. @kobo:
    udah ada tuh, bo, Iliad. mau dong dibelikan πŸ˜€

    @astrid:
    iya, ebook memerlukan alat ya. tapi kalo punya alat kecil macam e-reader, justru dibawa tiduran, baca di toilet, di hutan, di antrian, dimana-mana deh, kecuali di bawah air πŸ˜€

    @rey:
    iya rey, aku kan gak sabar ya nunggu Bartimaeus Trilogy no 3 (Ptolemy’s Gate) yang paperback keluar ntar Januari 2007. akhirnya menyerah, dan donlot ebooknya. tapi mau naruh repiu nya di blog ini kok rada-rada gimanaaaa…. gitu. 

    Posted by mina

  6. @tanzil:
    iya juga sih bang. tapi kalo mesti beli semua buku, ya berat juga, padahal nafsu pengen bacanya lebih besar daripada kemampuan belinya hehehe…. -padahal buku yang sudah dibeli aja belum dibaca semua *sigh*- 

    Posted by mina

  7. weh….
    akhirnya dipindah juga!!
    hehehe

    cuma …
    kog blon ada yang baru nih? trus terakhir kayaknya pernah ngebahas raumanen, kog ngilang yah?

    trus… ntar pulang dari bandung jangan lupa laporannya hehehhe

  8. hehehhe…. lapor bos, saya sudah pulang! walau gak ketemu buku2 yang dicari di Omu, Tobucil & Reading Lights, tetep aja blanja buku πŸ˜€

Leave a reply to kobo Cancel reply